Secara medis kencing berdiri adalah penyebab utama penyakit kencing
batu pada semua penderita penyakit tersebut. Secara agama, kebanyakan
orang yang biasanya kencing berdiri kemudian mereka akan mendirikan
shalat, ketika akan rukuk atau sujud maka terasa ada sesuatu yang keluar
dari kemaluannya, itulah sisa air kencing yang tidak habis terpencar
ketika kencing sambil berdiri, apabila hal ini terjadi maka shalat yang
dikerjakannya menjadi batal karena ada sesuatu yang keluar dari
kemaluan dan celana/sarungnya akan terkena najisnya air kencing.
Umumnya
kita memandang ringan terhadap cara dan tempat buang air, mungkin
karena pertimbangan waktu atau situasi dan kondisi yang mengharuskan
untuk kencing berdiri tanpa mengira keburukannya dari sisi sunnah dan
kesehatan. Orang dulu mempunyai budaya melarang anak kencing berdiri
sehingga kita sering mendengar pepatah “Guru kencing berdiri, murid
kencing berlari”, karena memang terdapat efek negatif dari kencing
berdiri.
ketika buang air kencing berdiri ada rasa tidak puas,
karena masih ada sisa air dalam kantong dan telur kemaluan laki-laki di
bawah batang kemaluan laki-laki. Ia berkemungkinan besar menyebabkan
kencing batu. Kenyataan membuktikan bahwa batu karang yang berada dalam
ginjal atau kantong seni dan telur kemaluan laki-laki adalah
disebabkan oleh sisa-sisa air kencing yang tak habis terpencar. Endapan
demi endapan akhirnya mengkristal/mengeras seperti batu karang.
Jika
anda biasa meneliti sisa air kencing yang tak dibersihkan dalam kamar
mandi, anda bayangkan betapa keras kerak-keraknya. Bagaimana jika itu
ada di kantong kemaluan Anda?? Hal ini juga merupakan salah satu yang
menyebabkan penyakit lemah syahwat pada pria selain dari penyebab
kencing batu. Demikian hikmahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam
melarang kencing berdiri. Dan dari segi budaya kencing berdiri lebih
buruk dari pada binatang. Binatang (kuda, kambing, dsb) tak ada akal
sehingga ambil posisi yang ada langsung berdiri. Padahal Kita manusia
ada akal.
Sehingga Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam
sering mengingatkan dalam sabdanya: "Hati-hatilah dalam masalah kencing
karena kebanyakan siksa kubur dikarenakan tidak berhati-hati dalam
kencing".
Dari hadits ini mungkin, orang yang
kencingnya tidak tuntas menyebabkan ketika ia sholat ada sebagian air
kencingnya yang keluar ketika ruku’ atau sujud yang menyebabkan
Sholatnya batal.
Maka ada baiknya kita belajar
adab-adab dan sunnah-sunnah di kamar mandi (WC) berikut agar kita
banyak mendapatkan manfaat baik di dunia (kesehatan) maupun di akhirat
(agama) yang telah diajarkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam:
1.
Buang air jongkok (tidak berdiri), agar kotoran bisa keluar tuntas
sehingga tidak menjadi penyebab kencing batu maupun lemah syahwat,
yaitu dengan posisi kaki kanan tegak sedangkan bokong duduk di pangkal
tumit kaki kiri (bertinggung) serta berdehem (menekan diri untuk
mengeluarkan sisa-sisa air kencing), nah bagi laki-laki hendaknya
setelah buang air kecil ia memegang batang kemaluannya dengan tangan
kirinya seraya sedikit menekan (mengurut ke depan) agar sisa-sisa air
kemihnya keluar semua.
2. Menggunakan alas kaki
Menurut
penelitian di Amerika di dalam kamar mandi/WC ada sejenis virus dengan
type Americanus yang masuk lewat telapak kaki orang yang ada di WC
tersebut. Dengan proses waktu yang panjang virus tersebut naik ke
atas tubuh dan ke kepala merusak jaringan otak yang menyebabkan otak
lemah tak mampu lagi mengingat, blank semua memori otak sehingga
pikun. Sandal hendaknya diletakkan di luar WC, jangan di dalam WC,
karena semakin kotor, lembab dan tak mengenai sasaran kebesihan.
3. Masuk kamar mandi/WC dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan
Inilah
sunnah yang diperintahkan oleh Nabi, dan juga disunnahkan untuk
membaca do’a sebelum masuk kamar mandi (do’a dibaca di luar kamar
mandi) dan setelah keluar dari kamar mandi. Berbeda jika
kita masuk masjid dan rumah, masuk masjid atau rumah dengan kaki kanan
dan keluar dengan kaki kiri.
4. Beristinja’ dengan air dan dengan tangan kiri
Beristinja’
(bersuci dan membersihkan kotoran) dengan air, bukan dengan tisu atau
lainnya kecuali tidak ditemukan air ketika dihutan, padang pasir dsb.
Boleh menggunakan tisu tapi harus dibilas lagi dengan air setelahnya.
Syarat kebersihan dan kesucian dari najis menurut syariat adalah hilang
warna, hilang bau, dan hilang rasa dari najis tersebut. Beristinja’
juga disunnahkan dengan tangan kiri, inilah pembagian tugas dari
tangan, bagaimana tangan kiri untuk urusan ‘belakang’ sedangkan
untuk makan & minum disunnahkan dengan tangan kanan, jangan
dicampuradukkaan, tangan yang untuk urusan belakang itu juga untuk
makan. Dan Nabi melarang makan & minum dengan tangan kiri.
5. Jangan merencanakan sesuatu di WC
Nabi
sangat melarang merencanakan atau membuat suatu rencana/ide/inspirasi
di dalam WC, karena WC adalah markaznya syetan sebagaimana doa kita
ketika hendak masuk WC:“Allahumma inni a’udzubika minal khubutsi wal
khabaits”,
Artinya: "Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki-laki maupun perempuan”.
Karena
dikhawatirkan rencana/ide/inspirasi yang didapat berasal dari bisikan
syetan yang kelihatannya baik tapi setelah dijalankan ternyata banyak
mudharat/keburukannya. Begitu juga setelah keluar WC, baca istighfar
dan doa keluar WC.
Secara adab dan budaya pun sangat tidak baik,
masa sambil buang kotoran mencari ide/inspirasi atau
merencanakan sesuatu yang baik apalagi sesuatu itu menyangkut hajat
hidup orang banyak. Disunnahkan juga untuk menyegerakan keluar WC
apabila hajat sudah selesai, bukan malah bernyanyi-nyanyi apalagi sambil
baca buku atau Koran.
6. Ketika buang air dilarang
menghadap atau membelakangi qiblat, apabila lubang WC menghadap qiblat
hendaknnya ketika buang air badan agak diserongkan sedikit
Demikianlah
sedikit dari adab-adab di kamar mandi menurut sunnah Nabi, apabila
sunnah diamalkan walaupun dalam kamar mandi maka kita ini juga namanya
ibadah. Betapa sayangnya setiap hari kita ke kamar mandi beberapa kali
tapi tidak mendapatkan pahala ibadah dengan menghidupkan sunnah.
Padahal salah satu maksud dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk
ibadah.
“Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56)
Selama
24 jam setiap harinya, manusia disuruh beribadah, ibadah bukan hanya
shalat, puasa, zakat & haji saja, tapi seluruh aktivitas kehidupan
kita apabila mengikuti sunnah Nabi maka semuanya dihitung ibadah. Dalam
Islam sekecil apapun aktivitas manusia, apapun bentuknya, semuanya
ada adab-adab sunnahnya yang telah diajarkan oleh Nabi.
Wallahu a'lam
By : Admin Tim Pustaka Al-Bahjah
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=420306064689101&set=a.225866950799681.65275.191390880913955&type=1