Organisasi Santri Madrasah Diniyah Manbaul Falah
  • Home
  • About
  • Template
  • Design
  • Blogger
  • Tips Tricks
Home » Humor » Cerita Mabuk

Senin, 19 Maret 2012

Cerita Mabuk

Cerita Mabuk

Diambil dari http://www.teronggosong.com/
Sore itu dari pengeras suara masjid di kampung seberang saya mendengar seorang penceramah mengingatkan kembali akan bahaya minuman keras. Dalam acara pengajian sore menjelang berbuka puasa. Lalu ia bercerita tentang kisah kiyai Barseso yang demikian melegenda. Entah sudah berapa kali saya mendengar kisah itu, tapi masih enak saja rasanya telinga ini mendengarnya.
Adalah  pemuda misterius yang nyantri padanya. Sebut saja namanya Nazar.  Santri baru itu selalu rajin lagi taat beribadah. Tak ada satu pun salat berjamaah yang terlewati olehnya. Setiap kali salat ditunaikan, Nazar selalu berada di belakang pundak kanannya. Sebelum masuk waktu, ia sudah duduk di surau untuk mengumandangkan adzan. Tidak hanya begitu, siang dan malamnya ia selalunjungkung beribadah tanpa henti. Dahinya sampai tumbuh kapal berwarna hitam, saking sering dan lamanya dibuat sujud. Setiap kali kiyai Barseso menjenguk suraunya, selalu saja Nazar terlihat khusyu’  menghadap kiblat. Kiyai barseso penasaran. Ganti dia mengendap-endap mengintip surau. Barangkali Nazar hanya kelihatan rajin bila mengetahui sang Kiyai memperhatikannya. Ternyata tidak, Nazar memang benar-benar rajin. Waktunya total digunakan untuk beribadah. Subhanallah, saya kalah rajin dibanding dengannya,” gumamnya dalam hati. Ini sungguh ironis, masak kiyai kalah  sama santrinya, harusnya aku yang lebih rajin dibanding dia.”
Dan semenjak itu ia semakin terpacu untuk lebih rajin beribadah. Hal-hal yang tidak penting ia hindari dan diganti dengan salat sunnah, dzikir, membaca al-Qur’an dan lain-lain. Numun tak berjalan lama. Sifat malasnya mulai melawan. Selalu saja ada alasan untuk tidak istqamah dalam usaha ngoyonya. Namun ia tetap bersikeras bagaimana agar ibadahnya semakin rajin. Ia coba lagi untuk memulai njungkung, namun kendor lagi. Dan dicobanya lagi, namun beberapa hari gagal lagi, dan lagi. Demikian sampai berulang-ulang.
Pada bulan yang kesekian kiyai Barseso merasa takluk dan memanggil Nazar untuk ganti ngangsu kaweruh, apa rahasianya agar bisa tekun seperti engkau wahai Nazar? Terus terang aku merasa kalah rajin dengan engkau. Baru kali ini aku mempunyai santri yang ibadahnya mengungguliku. Dan santri itu adalah engkau.”
“Ma’af kiyai, aku rasa kiyai sangat rajin. Saya belum seberapanya,” jawab Sofyan merendah.
“Tidak wahai anakku, katakan padaku rahasia apa yang engkau pegang hingga engkau demikian rajin? Katakanlah agar aku bias menirunya.”
“Walaupun saya rajin, namun tidak apa-apanya dibanding Kiyai. Kiyai istiqamah sejak muda, sedangkan saya baru beberapa bulan saja. Sebelum nyantri kesini saya adalah pecandu minuman keras. Kemudian saya bertobat menyesali kebiasaan buruk saya. Itulah yang memicu saya untuk selalu rajin Kiyai.”
“ Aku sering menjumpai orang bertobat, tapi tidak serajin engkau. Malah kebanyakan mereka bertobat sekian hari kemudian kambuh lagi dengan perbuatan maksiatnya. Tidak sepertimu.”
“Maaf Kiyai, kalau boleh saya menduga; mereka itu bukanlah pemabuk seperti saya. Maksiat yang saya lakoni adalah minuman keras. Mungkin inilah efek positif dari minuman keras. Di satu sisi ia berbahaya karena memabukkan, namun di sisi lain memicu semangat saya untuk rajin beribadah. Sampai-sampai mengalahkan ketekunan Kiyai.”
Kiyai Barseso terpana mencermati penjelasan Sofyan. Bibirnya sedikit terbuka. Jika saja ada lalat yang berminat menyerbu mulutnya, niscaya lalat itu tanpa kesulitan menerjang dinding kerongkongannya.
“Jadi……,” kiyai Barsoso tidak melanjutkan kalimatnya.
“Barangkali Kiyai perlu mencoba pengalaman saya. Siapa tahu setelah mabuk, Kiyai tambah semangat beribadah melebihi saya. Tapi maaf Kiyai, ini hanya spekulasi saya.”
Berhari-hari Kiyai Barseso tercenung memikirkan tawaran Nazar. Masa iya, dosa besar itu telah membuatnya super rajin. Atau ada faktor lain sebagai penyebabnya. Apa pantas dia yang sudah menjadi panutan duduk minum arak bersama para pecandu. Apakah dosa ini tidak dilaknat oleh Allah. Apa tidak canggung ia yang kesehariannya mengajar di surau ketika duduk di warung najis itu. Dan segala kecamuk pikiran yang menjejali akal sehatnya. Termasuk jatuhnya pilihan: Apa salahnya bila saya coba sekali saja, kemudian cepat-cepat bertobat. Allah Maha Pengampun.
Malam itu setelah jama’ah Isya’ kiyai Barseso digandeng Nazar melangkah berjalan menyusuri lorong gelap dan melintasi persawahan. Kemudian mereka menerabas rimbunnya barongan, melintasi jalan setapak. Sampailah mereka berdua di kedai langganan Nazar.
Pemilik kedai dan pengunjungnya saling berpandang-pandangan melihat tamu ‘istimewa’ yang datang malam itu. Terkejut campur tak percaya, hingga tak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.
“Sediakan kami sebotol minuman yang paling istimewa,” buru-buru Nazar memecah keheningan.
Tergopoh-gopoh pemilik kedai melayani kiyai kampung seberang yang sangat terhormat. Batinnya bercampur takut. Dengan agak tegang ia menyodorkan sebotol arak dan dua buah sloki. Lalu kembali ke balik meja menuju tempat duduknya.
Buru-buru Nazar menuangnya ke dalam segelas untuk Barseso.
“Ayo silahkan diminum Kiyai,”
“Lha kamu?”
“Saya gampang, biar nanti saja.”
Setengah gelas sudah mengalir di kerongkongan kiyai Barseso. Ia meletakkan gelas di baki. Pahit. Kepalanya sudah agak nggliyer.
“Lagi Kiyai, sedikit begitu belum memabukkan.”
Kiyai Barseso mengangkat gelasnya lagi, habis. Kepalanya sudah bertambah berat, matanya berkunang-kunang. Sofyan tambah gampang menguasainya.
“Bagus, tambah lagi kiyai, agar tambah mabuk. Semakin mabuk, semakin manjur.”
Diteguknya gelas kedua yang telah dituang oleh Nazar. Habis. Barseso semakin mudah dikendalikan. Gelas ketiga juga dihabiskan. Demikian sampai sebotol habis tak tersisa.
Kepalanya terasa berputar-putar seperti baling-baling helikopter yang maunyungsep. Nazar terbahak-bahak disusul tawa Barseso yang membahana. Barseso berdiri dan mengangkat kedua tangannya. Ia berjalan gontai.
“Aku sudah berada di surga! Aku melihat bidadari cantik, ha…haa….ha……..”. “Ayolah, ayo temani aku. Ia berjalan menghampiri pemilik kedai itu. Barseso semakin liar, tak ada yang berani menghalanginya. Didekaplah pemilik kedai itu. Sambil berjalan sempoyongan ia membimbingnya ke kamar. Dalam keadaan mabuk ia mensetubuhi janda pemilik kedai itu. Si janda  meronta, namun tak dihiraukan olehnya. Setelah berjuang agak lama, perut Barseso berhasil ditendang. Barseso naik pitam, dicekiknya janda itu sampai kehabisan nafas. Akhirnya janda pemilik kedai itu tewas.
Kiyai Barseso menjadi tersangka.  Ia diseret ke mahkamah. Ia dinyatakan bersalah karena telah menzinahi sekaligus membunuh janda penjual arak. Ia dijatuhi hukuman mati. Menghilangkan  nyawa hukumannya nyawa juga.
Kiyai Barseso digiring ke lapangan untuk di eksekusi. Para petugas dan algojo sudah siap menunaikan tugasnya. Ia pasrah. Samar-sama dilihatnya Nazar berjalan mengiringinya. Nazar seperti berjalan di awing-awang.
“Wahai Nazar, tolonglah aku. Kamulah yang menjadi biang musibah ini. Kamu harus menyelamatkanku dari hukuman ini. Nazar hanya diam tak bereaksi.
“Ayolah muridku, selamatkan aku!” pinta kiyai Barseso memelas.
“Aku belum bertobat, selamatkan aku biar aku dapat rajin beribadah menebus kesalahan ini dengan semakin rajin beribadah sepertimu.”
“Wahai kiyai Barseso, sesungguhnya aku bukanlah santrimu. Aku adalah setan yang menyaru sebagai santri.”
Kiyai Barseso menghela nafas, tempat eksekusi sudah semakin dekat.
“Siapa pun engkau, tolonglah aku! Aku belum siap untuk mati,” katanya meratap.
“Baik, aku bisa menolongmu, tapi dengan satu syarat.”
“Katakanlah, apa syarat yang harus kupenuhi?”
“Sembahlah aku, maka kamu akan kubebaskan.”
Di tengah keputus asaan kiyai Barseso bersujud menyembah Nazar. Nazar kembali tertawa berderai-derai. Lapangan eksekusi sudah semakin dekat, Nazar terus meledek kiyai Barseso hingga akhirnya pedang algojo menghabisi nyawanya.
+ + + +
Dua hari yang lalu seorang makelar sepeda motor menawari saya sebuah motor Supra X 125 keluaran tahun 2010 kepada saya. Hanya satu juta rupiah!
“Ah, sampeyan ini ada-ada saja,” saya tak percaya.
“Sungguh Gus, beneran. Mungkin kalau njenengan berani, orang lain tak ada yang mau. Sepeda itu ada ceritanya,” tuturnya sebelum berkisah.
Adalah seorang pemuda di kecamatan Kudu kabupaten Jombang yang dirundung nahas itu.
Dengan setengah mabuk pemuda itu pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah ia didamprat oleh ibunya karena sesuatu hal. Langsung ia cabut dengan sepeda motornya. Ia tancap gas menembus malam pekat. Ia geber sekencang-kencangnya. Dari arah berlawanan iring-iringan pentakziah mengusung keranda menuju liang lahat. Masih setengah mabuk ia melabrak pemikul keranda itu, kontan pemikul itu roboh dan mayat yang berada dalam keranda berguling-guling ke aspal. Dia sendiri bersama motornya malah selamat karena nyungsep di tumpukan jerami. Selanjutnya ia menjadi sasaran amuk massa. Beruntung, setelah mendapat bogem mentah beberapa kali ia berhasil melarikan diri menyusup gelapnya malam.
Sampai berhari-hari ia linglung takut ganti dikerjai hantu pocong. Motornya mau dijual, sayang tak ada yang mau membeli. Berkali-kali dibawa ke toko motor bekas, juga tak laku. Saking takutnya motor itu tidak pernah dikandangkan, hanya diparkir di pelataran rumah. Maling pun tak berani mengembatnya.



Sumber : http://selembarkertasku.wordpress.com
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
rizky
11.26

Belum ada komentar untuk "Cerita Mabuk"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Find Us :

Postingan Populer

  • Jadwal Shalawatan Habib Syech Maret 2014
     UPDATE JADWAL MAJELIS SHOLAWAT HABIB SYECH ASSEGAF Ahbababul Musthofa BULAN MARET 2014: Monggo Syekher Mania - 01 MARET 2014 ALUN-ALUN U...
  • Jadwal Shalawatan Habib Syech Februari 2014
     jadwal Shalawatan bareng Habib Syech, Ahbaabul Mustofa Syekher Mania. - 01 FEBRUARI 2014 DI RUMAH BP. SULISTYO NGRONGGAH RT 3 RW 12 SRONG...
  • Shalawatan bersama Habib Syech di Kediri Mei 2014
    HABIB SYEKH BIN ABDUL QODIR AS SEGAF Solo akan hadir di Pondok Pesantren Lirboyo untuk bersholawat bersama masyayikh, santri dan masyarakat...
  • Pesan KH. Askandar (KH Abdul Halim Iskandar) Pendiri Pondok Pesantren Manba’ul Uluum Berasan Muncar Banyuwangi
    Pesan KH. Askandar (KH Abdul Halim Iskandar) Pendiri Pondok Pesantren Manba’ul Uluum Berasan Muncar Banyuwangi Semasa hidupnya Mba...
  • MABIT 2014 Malam Bina Iman dan Taqwa
    Ikutilah MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) di Pondok Pesantren Manbaul Falah Rungkut Menanggal Surabaya. Untuk Umum, Pada hari Sabtu, 2...
  • Jadwal Shalawatan Habib Syech april 2014
    UPDATE JADWAL MAJELIS DZIKIR & SHOLAWAT BERSAMA ALHABIB SYECH BIN ABDUL QODIR ASSEGAF DI BEBERAPA KOTA DI JAWA TIMUR AWAL BULAN APRIL ...
  • PP Manbaul Falah Surabaya
    PP. MANBA'UL FALAH BERDIRI SEJAK TAHUN 2005      Dimulai sejak tahun 2002 KH. Ali Maghfur (putra dari alm. KH. Sadzili Iskandar banyuwa...
  • sunnah urutan memotong kuku
    Diantara kesunnahan dihari Jum’at adalah memotong kuku. “Adalah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :”Memotong kuku dan mencu...
  • Ciri ciri dan Kriteria Ahlusunnah Wal Jama'ah
    Ciri-ciri berikut ini adalah sekaligus menjadi barometer Kriteria Ahlus sunnah sebagaimana yang telah diterangkan oleh Imam Ghazali d...
  • Pemaparan Qunut dan Witir Madzhab Maliki
    Oleh, KH. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar, S.Pd.I ولا يقنت فيه إلا في النصف الاخير من رمضان، روي ذلك عن علي وأبي وهو قول مالك ...
-->
Copyright 2014 Organisasi Santri Madrasah Diniyah Manbaul Falah - All Rights Reserved OSMADIM
Template by Evotemplates.Net - Powered by Blogger