Oleh,
H. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar, S.Pd.I
Menurut Jumhur Ulama’, sholat berjama’ah hukumnya sunnah muakkad,
sedangkan menurut Imam Ahmad Bin Hanbal, sholat berjama’ah hukumnya
wajib. Rosulullah SAW selama hidupnya sebagai Rosul belum pernah
meninggalkan sholat berjama’ah di masjid meskipun beliau dalam keadaan
sakit. Rosululah SAW pernah memperingatkan dengan keras keharusan sholat
berjama’ah di masjid, sebagai mana diuraikan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim berikut :
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدهممت أن
اَمُرَ بِحَطْبٍ فَيَحْتَطِبُ ثُمَّ اَمُرَ بِا لصَّلاَةِ فَيُؤَذِّنَ
لَهَا ثُمَّ اَمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ, ثُمَّ اُخَالِفَ اِلَى
رَجُالٍ لاَيَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحْرِقَ عَلَيْهِم بُيُوتَهُمْ –
متفق عليه
“Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku
bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seorang
adzan untuk sholat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku
pergi kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, kemudian aku bakar
rumah mereka”
Pada suatu saat Rosulullah didatangi oleh salah satu sahabat yang
dicintainya, yaitu Abdullah Bin Umi Maktum. Ia berkata kepada Rosulullah
bahwa dirinya buta dan tidak ada yang menuntunnya ke masjid sehingga ia
memohon kepada Nabi untuk memberinya keringanan untuk tidak
melaksanakan sholat berjama’ah di masjid.
Selanjutnya Rosulullah bertanya kepadanya:
هَلْ تَسْمَعُ النّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ قَالَ نَعَمْ. قَالَ : فَأَجِبْ.
“Apakah kamu mendengar adzan?” dia menjawab: “Ya”, lalu Rasul Bersabda: “Maka datangilah”
Begitulah seruan Rosulullah kepada umatnya agar senantiasa menunaikan
sholat berjama’ah di masjid sekalipun kepada sahabatnya yang tidak bisa
melihat alias buta. Bagaimana dengan kita umatnya, yang diberikan
kenikmatan yang sempurna. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Rosulullah bersabda :
لاَصَلاَةَ لِمَنْ جَارَ الْمَسْجِدَ اِلاَّ بِالْجَمَاعَة وَفِى رِوَايَة اِلاَّ فِى الْمَسْجِد – رواه احمد
“Tidak sempurna sholat seseorang yang bertetangga dengan masjid
kecuali dengan berjama’ah. Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid”.
Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya sholat
berjama’ah. Rosulullah menekankan bahwa sholat jama’ah dilaksanakan di
masjid. Karena masjid didirikan bukan untuk bemegah-megahan, melainkan
untuk diramaikan atau dimakmurkan. Allah berfirman dalam surat At-Taubah
ayat 18 :
إنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ أمَنَ
بِاللهِ وَاليَوْمِ الأخِرِ وَأقَامَ الصَّلاَةَ وَأَتَى الزَّكَوةَ
وَلَمْ يَخْشَ إلاَّ اللهَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan
sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut selain kepada Allah.”
Banyak keutamaan dan manfa’at yang bisa diperoleh ketika seseorang
menunaikan sholat berjama’ah. Ada keutamaan yang diperoleh di dunia dan
juga ada keutamaan atau manfaat yang bisa diperoleh nanti di akhirat.
Diantara keutamaan atau
manfaat dari sholat berjamaah adalah sebagai berikut:
1. Allah akan melipatgandakan pahala sholat berjama’ah sampai dua puluh tujuh derajat.
قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : صَلاَة الْجَمَاعَة اَفْضَلُ مِنَ صَلاَةِ الفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَة متفق عليه
“Sholat berjama’ah itu lebih utama dari sholat sendiri dengan dilipatkan sampai dua puluh tujuh derajat”
2. Menjauhkan diri dari sifat munafik. Karena di antara sifat orang
munafik adalah bermalas-malasan dalam sholat. Hal ini tertera dalam
surat An-Nisa’ ayat 142:
إنَّ المُنَفِقِيْنَ يُخَدِعُوْنَ اللهَ
وَهُوَ خَدِعُهُمْ وَإذَا قَامُوا إلىَ الصَّلاَةِ قَامُوْا كُسَالَى
يُرَاءُوْنَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إلاَّ قَلِيْلاً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah. Dan Allah
akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat,
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali.”
Dalam sebuah hadits Nabi bersabda:
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى
الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ
يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Tidaklah ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafik
melebihi sholat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui
pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjama’ah) meskipun
dengan merangkak.” (Muttafaqun ‘Alaih)
3. Menjadi sebab diampuni dosanya oleh Allah. Rosulullah bersabda :
إِذَا قال اْلإِمَامُ (غَيْرِ اْلمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلاَالضّآلّين) فَقُوْلوُا : آمين, فَإِنَّهُ مِنْ وَافَقَ
قَوْلُهُ قَوْلُ اْلمَلاَئِكَةِ غَفِرَ لَهُ ماَتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ —
رواه البجارى و مسلم
“Jika imam mengucapkan “Ghoiril maghdhubi ‘alaihim
waladhdholliin”, maka ucapkan amin, karena sesungguhnya siapa yang
mengucapkan amin bersamaan dengan ucapan malaikat maka ia akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dalam hadits lain Nabi bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ وَأَسْبَغَ
الْوُضُوْءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ فَصَلاَّهَا
مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غُفِرَ لَهُ
ذَنْبُهُ (رواه النسائي)
“Barangsiapa yang berwudhu untuk sholat dan menyempurnakan
wudhunya, lalu berjalan untuk menunaikan sholat, dan ia sholat bersama
manusia atau berjama’ah atau di dalam masjid, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya.”
4. Mengembangkan disiplin dan berakhlak mulia. Sholat berjama’ah
mengajarkan disiplin seorang makmun senantiasa mengikuti gerakan imam
dan berada di belakang imam. Hal ini tentu membiasakan melatih
kedisiplinan dalam kehidupan seseorang, menghilangkan ego, perbedaan dan
dengan penuh kerendahan hati patuh dan taat pada pimpinannya, yaitu
imam.”
Rosulullah bersabda:
اِنَّمَاجُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمٌ بِهِ,
فَلاَ تَحْتَلِفُ عَلَيْهِ, وَإِذَا كَبُرَ فَكَبِّرُوْا وَإِذَا رَكَعَ
فَارْكَعُوْا وَإذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا وَإذَا صَلّىَ جَالِسًا فَصَلّو
جُلُوْساً أجْمَعِيْنَ
5. Tumbuhnya persaudaraan, kasih sayang dan persamaan.
Apabila kita bertemu lima kali dalam sehari, maka akan tumbuh kasih
sayang diantara sesama muslim. Dan jika suatu waktu ada saudara kita
yang biasa berjama’ah kemudian beberapa waktu tidak hadir di masjid,
maka kita akan bertanya-tanya, ada apa atau mengapa ia tidak berjama’ah?
Seandainya jawaban yang didapat bahwa beliau itu sakit, maka kita akan
bergegas menjenguk dan mendo’akannya.
Sholat berjama’ah juga mengajarkan persamaan : tidak dibedakan antara
yang kaya dan yang miskin, seorang pejabat atau rakyat jelata, atasan
atau bawahan, semua berdiri, ruku’, sujud, dan duduk dalam satu barisan
untuk taat dan tunduk kepada Allah. Allah berfirman:
اِنَّ اللهَ يُجِبُّ الَّذِيْنَ يُقَا تِلُونَ فِى سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَ نَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya, dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
bangunan yang sangat kokoh”.
Sumber : www.nusurabaya.or.id