KEISTIMEWAAN DAN KEAMPUHAN SOLAT TAHAJJUD
Keistimewaan dan keampuhan Shalat Tahajjud sangat banyak sekali
diterangkan, baik berdasarkan Al Quran maupun sabda-sabda Rasulullah r,
diantaranya adalah:
1. Memperoleh Kedudukan yang Terpuji
Keistimewaan ini ditegaskan dalam firman Allah:
“Bertahajjudlah pada sebagian waktu malam sebagai tambahan bagimu, niscaya Tuhanmu mengirimimu kedudukan yang terpuji”. (QS. Al Isra’; 79)
Yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji pada ayat ini adalah berhak untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah .
Sebagaimana telah diterangkan oleh sabda Nabi :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ e فِيْ
قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {عَسَى أَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
مَحْمُوْدًا} قَالَ: هُوَ الْمَقَامُ الَّذِيْ أَشْفَعُ فِيْهِ ِلأُمَّتِيْ
) رواه أبو نعيم وابن خزيمة(
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi r
tentang firman Allah I
:
“Niscaya Tuhanmu mengirimimu kedudukan yang terpuji”, beliau bersabda:
“Yaitu kedudukan yang aku memberikan syafaat (pertolongan) terhadap
ummatku”. (HR. Abu Nu’aim dan Ibnu Khuzaimah)
[1]
2. Tercatat Sebagai Ahli Surga.
Seperti yang diterangkan dalam sabda Rasulullah r berikut:
قَالَ e: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ ) رواه الحاكم والبيهقى والترمذى وأحمد وابن ماجه(
“Rasulullah r
bersabda: “Wahai para manusia! Tebarkan
salam, berikanlah makan, dan shalatlah pada malam hari tatkala manusia
terlelap dalam tidur, niscaya kalian akan dapat masuk surga dengan
selamat”. (HR. Hakim, Baihaqi, Tirmidzi, Achmad, Ibnu Majah)
[2]
3. Shalat yang Paling Utama Setelah Shalat Fardlu Lima Waktu.
Hal yang demikian ini diungkapkan oleh Rasulullah r dalam sebuah sabda beliau:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ ) رواه النسائى والدرمى(
“Orang ini (Abu Bakar) melakukannya karena berhati-hati dan
yakin, sedangkan yang ini (Umar bin Khatthab) melakukannya dengan kuat”. (HR. Nasai dan Darami)
[3]
4. Terlepas dari Tali Jeratan Syaitan
5. Sehat Badan dan Hati
Dua keistimewaan ini terangkum dalam sabda Rasulullah r sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ t، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ e قَالَ:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ
نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ عَلَى مَكَانِ كُلِّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ
لَيْلٌ طَوِيْلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ انْحَلَّتْ
عُقْدَةٌ. فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ
عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيْطاً طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ
خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ. ) متفق عليه(
“Dari Abu Hurairah t
, sesungguhnya Rasulullah r
bersabda: “Syaitan
mengikat tengkuk kepala salah seorang dari kalian ketika tidur dengan
tiga ikatan, syaitan menempati setiap ikatan tersebut. Tidurlah kamu
pada malam yang panjang. Jika orang tersebut terbangun maka terlepas
satu ikatan. Jika dia berwudlu maka terlepas (lagi) satu ikatan (yang
lain). Seandainya dia shalat (tahajjud) maka terlepas ikatan (yang
ketiga). (Jika semua itu dilakukan) maka orang tersebut semangat (sehat
badan) pada pagi harinya dan sehat hatinya. Jika tidak (dilakukan) maka
dia adalah orang yang jelek (sakit) hatinya dan pemalas”. (HR. Bukhari dan Muslim, serta banyak diriwayatkan oleh yang lain)
[4]
Disamping itu, Ibnu Arabi juga menerangkan dalam sebuah kitabnya,
bahwa Imam Dlachhak dan sebagian ulama yang lain menyatakan bahwa orang
yang melaksanakan shalat malam maka wajahnya akan berseri-seri pada
siang harinya.
[5] Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut dalam keadaan sehat secara dhahir maupun bathin.
6. Tercatat Sebagai Golongan Orang-orang yang Ahli Dzikir (Selalu Ingat Kepada Allah).
Keterangan ini terdapat dalam sabda Rasulullah r:
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ وَأَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ e قَالَ: إِذَا
اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ ) رواه الحاكم وابن حبان وابن ماجه(
“Dari Abi Sa’id t,
dan Abu Hurairah t
, dari Nabi Muhammad r
, beliau bersabda: “Jika
seorang suami terbangun malam hari dan membangunkan isterinya, lalu
keduanya shalat dua rakaat, maka keduanya tercatat sebagai orang-orang
yang banyak mengingat Allah”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah)
[6]
7. Penghapus Sekaligus Pelebur Dosa-dosa.
Rasulullah r mengungkapkan dalam sabda beliau:
رَكْعَتَانِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ يُكَفِّرَانِ الْخَطَايَا ) رواه الحاكم والديلمى (
“Dua rakaat pada tengah malam dapat melebur kesalahan (dosa)”. (HR. Hakim dan Dailami)
[7]
Rasulullah r juga bersabda pada riwayat yang lain:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ e قَالَ:
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ، ) متفق عليه(
“Dari Abu Hurairah t,
sesungguhnya Rasulullah r
bersabda:
“(Keputusan) Allah yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi, setiap malam
turun ke langit (yang dekat dengan) dunia pada saat tersisa sepertiga
malam yang akhir, lalu Allah berseru: “Barangsiapa berdoa kepada-Ku maka
pasti Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku maka pasti Aku beri,
dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku maka pasti Aku ampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
[8]
8. Pahala Dua Rakaat Melebihi Dunia Beserta Isinya.
Keistimewaan ini diterangkan dalam sebuah sabda Rasulullah r:
رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمُا ابْنُ آَدَمَ فِيْ جَوْفِ
اللَّيْلِ اْلآَخِرِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا، وَلَوْ
لاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَفَرَّضْتُهُمَا عَلَيْهِمْ. ) رواه ابن ناصر(
“Shalat dua rakaat yang dilakukan anak adam (manusia) pada tengah
malam yang akhir, (pahalanya) lebih baik baginya dari pada dunia
beserta isinya, dan jika saja saya tidak hawatir memberatkan kepada
ummatku, niscaya aku wajibkan dua rakaat itu kepada anak adam”. (HR. Ibnu Nashir)
[9]
9. Menjadi Orang yang Shalih.
10. Pencegah Dosa
11. Penangkal Penyakit.
Keterangan tiga keistimewaan ini terdapat dalam sabda Rasulullah r:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأَبُ
الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ، وَمَقْرُبَةٌ لَكُمْ إِلَى اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ،
وَمَطْرَدَةُ الدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ ) رواه الحاكم والترمذى والبيهقى والطبرانى وبن خزيمة(
“Jagalah beribadah (tahajjud) di malam hari, karena sesungguhnya
itu adalah kebiasaan orang-orang yang shalih sebelum kalian, sarana
mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung, pelebur
dosa, pencegah dosa, serta penangkal penyakit dari badan”. (HR. Hakim, Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, dan Ibnu Khuzaimah)
[10]
12. Terkabulnya Segala Permintaan, Baik Dunia Maupun Akhirat.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah r pernah bersabda:
عَنْ جَابِرٍ t قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ e يَقُولُ:
إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ
اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَاْلآَخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ
إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ) رواه مسلم وأحمد(
“Dari Jabir t
, dia berkata: “Saya mendengar Nabi r
bersabda:
“Sesungguhnya pada malam hari itu terdapat waktu yang apabila pada
malam itu ada seorang hamba muslim yang memohon kepada Allah terhadap
urusan dunia dan akhirat tiada lain kecuali Allah akan memberikannya,
dan semua itu terjadi pada setiap malam”. (HR. Muslim dan Achmad)
[11]
Dalam riwayat yang lain Rasulullah r juga bersabda:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِيْ مُنَادٍ:
هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى، هَلْ
مِنْ مَكْرُوْبٍ فَيُفْرَجُ عَنْهُ فَلاَ يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُوْ
بِدَعْوَةٍ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ لَهُ إِلاَّ زَانِيَةٌ تَسْعَى
بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارٌ ) رواه الطبرانى(
“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru
pun menyeru: “Apakah ada orang berdoa, pasti dikabulkan doanya. Apakah
ada orang meminta, pasti diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang
banyak problem, pasti (semuanya) dihilangkan darinya. Maka tidaklah
seorang muslim pun yang berdoa pada saat itu melainkan pasti Allah
mengabulkannya kecuali zaniah (pelacur yang belum bertaubat) yang
bekerja dengan kemaluannya dan `Asysyaar (Seorang yang mengambil harta
manusia dengan cara bathil)”. (HR. Thabhrani)
[12]
Terdapat keterangan dalam hadits lain yang sebelumnya telah diungkapkan bahwa Rasulullah r bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ e قَالَ:
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآَخِرُ يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ) متفق عليه(
“Dari Abu Hurairah t,
sesungguhnya Rasulullah r
bersabda:
“(Keputusan) Allah yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi, setiap malam
turun ke langit (yang dekat dengan) dunia pada saat tersisa sepertiga
malam yang akhir, lalu Allah berseru: “Barangsiapa berdoa kepada-Ku maka
pasti Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku maka pasti Aku beri,
dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku maka pasti Aku ampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
[13]
13. Menjadi Hamba yang Terbaik.
Pada suatu ketika Rasulullah r menerangkan hal ini dalam sebuah sabda beliau:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّيْ مِنَ اللَّيْلِ ) متفق عليه(
“Sebaik-baik seseorang yang menjadi hamba Allah adalah jika dia melakukan shalat malam (Tahajjud)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
[14]
14. Tidurnya Orang yang Terbiasa Shalat Tahajjud Adalah Sedekah.
Rasulullah r bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ e قَالَ: مَا
مِنِ امْرِئٍ تَكُونُ لَهُ صَلاَةٌ بِلَيْلٍ يَغْلِبُهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ
إِلاَّ كُتِبَ لَهُ أَجْرُ صَلاَتِهِ وَكَانَ نَوْمُهُ عَلَيْهِ صَدَقَةً ) رواه مالك وأحمد وأبو داود وابن خزيمة(
“Sesunggunnya Rasulullah r
bersabda: “Tiada bagi
seseorang yang terbiasa shalat malam, lalu meninggalkan shalatnya karena
tertidur, kecuali Allah mencatat baginya pahala shalat dan tidurnya
adalah sedekah baginya”. (HR. Malik, Achmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah)
[15]
15. Lebih Dekat Kepada Allah.
Seperti yang diterangkan oleh Rasulullah r dalam sebuah hadits:
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ العَبْدِ فِيْ
جَوْفِ اللَّيْلِ اْلآَخِرِ فإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُوْنَ مِمَّنْ
يَذْكُرُ اللهَ فِيْ تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ ) رواه الحاكم والترمذى والبيهقى والنسائى وابن خزيمة(
“Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat dengan hamba-Nya adalah di
penghujung malam, jika anda mampu untuk berzdikir kepada Allah pada
saat itu maka lakukanlah”. (HR. Hakim, Tirmidzi, Baihaqi, Nasai, dan Ibnu Khuzaimah)
[16]
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan Shalat Tahajjud yang lain.
[1] Abu Nu’aim al-Ashbihani,
Akhbâru Ashbihânî, tafsir Al-Isra 79. Ibnu Khuzaimah,
Al-Tauchîd, tafsir Al-Isra 79. Al-Ajuri,
Al-Syarî’ah, tafsir Al-Isra 79. Abu al-Qasim Tamam Al-Razi,
Fawâidu Tamâm, tafsir Al-Isra 79
[2] Al-Hakim,
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shachîhaini, III/13/4331. IV/175/7355. Al-Baihaqi,
Syu’abu al-Imân, VI/423/8749. At-Tirmidzi,
Sunan Tirmidzi, IX/25/2409. Achmad,
Musnadu Achmad, VI/631/23399. Ibnu Majah,
Sunan Ibni Majah, I/423/1375
[3] Al-Nasa’i,
Sunan al-Kubrâ, I/414/1313. Ad-Darami,
Sunan ad-Darami, III/23/1483
[4] Baca Al-Bukhari,
Shachîhu al-Bukhâri, I/383/1125, III/1192/3199. Al-Muslim,
Shachîhu Muslim, VI/54/1769. Baca juga Achmad,
Musnadu Achmad, II/481/7286, II/499/7412, III/286/10228. Abu Dawud,
Sunanu Abî Dâwud, IV/191/1306. Malik,
Muwatha’u Mâlik, I/359/420. Dan lain-lain.
[5] Baca Ibnu Arabi,
Achkâmu al-Qurâni, II/452
[6] Al-Hakim,
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shachîhaini, II/451/3609. Ibnu Hibban,
Shahîhu Ibni Hibban, III/348/2544. Ibnu Majah,
Sunan Ibni Mâjah, I/423/1376
[7] Jalaluddin al-Suyuthi,
Jâmi’u al-Masânidi wa al-Mârasil, IV/428/12577. Jalaluddin al-Suyuthi,
Al-Fatchu al-Kabîru, II/136/6628. Al-Mutqi al-Hindi,
Kanzu al-‘Ummâl, I/1528/21426
[8] Al-Bukhari,
Shachîhu al-Bukhâri, I/384/1128. Al-Muslim,
Shachîhu Muslim, VI/31/1722
[9] Muhammad bin Nashir al-Marwazi,
Mukhtasharu Qiyâmi al-Laili, Babu Awqatu al-Lail Allati Yustajabu. Al-Munawi,
Faidhu al-Qadîr, IV/39/4477. Jalaluddin al-Suyuthi,
Jâmi’u al-Masânidi wa al-Mârasil, IV/427/12583. Jalaluddin al-Suyuthi,
Al-Fatchu al-Kabîru, II/137/6634. Al-Mutqi al-Hindi,
Kanzu al-‘Ummâl, I/1525/21405
[10] Al-Hakim,
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shachîhaini, I/450/1190. Tirmidzi,
Sunanu al-Tirmidzi, IX/425/3690. Baihaqi,
Sunanu al-Kubrâ, IV/71/4691. Thabrani,
al-Mu’jamu al-Kabîru, VI/258/6154. Ibnu Khuzaimah,
Shachîh Ibni Khuzaimah, I/450/1135
[11] Al-Muslim,
Shachîhu Muslim, VI/31/1720. Achmad bin Chambal,
Musnadu Achmad, IV/251/14066
[12] Al-Thabrani,
Mujam al-Kabir, IX/59/8391
[13] Al-Bukhari,
Shachîhu al-Bukhâri, I/384/1128. Al-Muslim,
Shachîhu Muslim, VI/31/1722
[14] Al-Bukhari,
Shachîhu al-Bukhâri, I/387/1138. Al-Muslim,
Shachîhu Muslim, XVI/33/6323
[15] Achmad bin Chambal,
Musnadu Achmad, VII/93/23948. Abu Dawud,
Sunanu Abi Dawud, IV/198/1314. Malik,
al-Muwatha’, I/92/253. Ibnu Khuzaimah,
Shachîhu Ibni Khuzaimah, II/196/1174
[16] Al-Hakim,
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shachîhaini, I/452/1196. Al-Baihaqi,
Sunan al-Kubrâ, IV/76/4705. At-Tirmidzi,
Sunan Tirmidzi, I/31/3722. An-Nasai,
Sunan al-Kubrâ,, I/482/1547. Ibnu Khuzaimah,
Shachîhu Ibni Khuzaimah, II/182/1147
Sumber : http://santrisarungan.wordpress.com